PART 1
Siang itu, matahari bersinar terik. Cuaca yang sangat panas membuatku enggan untuk keluar rumah. Serentetan kegiatan telah selesai ku kerjakan. Mulai dari mencuci piring, menjemur pakaian, menyapu, membersihkan kamar sampai mempersiapkan perlengkapan yang akan ku bawa untuk kuliah. Hari ini, kuliah akan dimulai jam 3. Ku pergunakan waktu luangku untuk mendengarkan lagu sambil membaca buku.
Seindah hari kita bersama disini..... ku dengarkan lantunan lagu edcoustic dalam Handphoneku. Semoga hari ini seindah lagu yang kudengar.
Kukuruyuuuuuuuuuuk... alarm handphoneku berbunyi.
”Ya Allah, sudah jam 12, sekarangkan ada kuliah? mataku terbelalak melihat alarm dihandphoneku tertulis angka 12, aku yang sedari tadi duduk santai segera beranjak dari tempat dudukku
Kusambar tas punggungku yang berada di atas kasurku, tak lupa ku cium tangan ayahku yang sedang memberi makan hewan piaraanku (ikan).
Jam sudah menunjukkan pukul 12.05 ku percepat kakiku menuju jalan raya.
Ku lambaikan tangan, seketika mobil colt berhenti di hadapanku, ku langkahkan kaki dan masuk ke dalam colt.
Kebetulan mobil colt yang saya tumpangi masih kosong.Hanya ada satu penumpang dan penumpang tersebut sekarang duduk bersebelahan denganku. Kuberikan senyuman kepadanya.
”Mau kemana dik?” tanya bapak itu dengan logat bataknya.
”Mau kuliah, pak!”jawabku
. Tak lama, colt yang saya naiki telah terisi penuh. Orang-orang yang ada di colt sibuk dengan aktivitasnya. Ada yang membaca koran, berbicara bersama teman, menelpon, adajuga yang tidur.
Tiba-tiba....
”Aduh.......” seorang bapak yang duduk disebelah kiriku mengadu kesakitan.
”Ada apa pak? tanya penumpang yang duduk dekat pintu
”Saya digigit burung” jawab bapak pembawa burung
”Boleh saya lihat? ” pinta penumpang yang duduk dekat pintu
”Boleh, hati-hati ya....., jangan sampai lepas! ” jawab bapak pembawa burung
”Wah, ini mah burung Beo Bali” kata penumpang sambil melihat bungkusan tersebut.
”Beo Bali?” kata bapak pembawa burung tersebut dengan nada bertanya
Iya...., penumpang tersebut berusaha meyakinkan bapak pembawa burung
PART 2
”Bagus sekali , dapat dari mana?” tanya penumpang tersebut
”Tadi, bos saya kasih ke saya sebagai hadiah ulang tahun. Kata bos saya burung ini udah bisa mengucapkan pancasila lho...!” bapak pembawa burung tadi mulai menceritakan kelebihan burung yang ia bawa.
”Mau dijual berapa?” tanya penumpang yang duduk di belakangku
”Ya..... tiga jutalah, tadinya saya mau bawa burung ini ke rumah tapi takut mati saya mau ke Pekanbaru tapi sekarang mau mampir dulu ke rumah saudara saya di Pelabuhan Ratu” jawab bapak pembawa burung.
”Begini saja, bagaimana kalau sekarang bapak ikut saya ke bengkel. Nanti saya ambilkan uang di bengkel saya.”penumpang yang duduk dekat pintu mulai menawar.
”Wah, maaf tidak bisa.... saya buru-buru” jawab pembawa burung tadi.
”Bagaimana kalau bapak ke rumah saya saja, kebetulan rumah saya tidak jauh dari sini kok?” tawar penumpang yang duduk di belakang saya.
”Wah, tidak bisa saya lagi buru-buru banget” jawab bapak pembawa burung tadi.
”Bagaimana kalau ditukar dengan hp saya saja?” bapak yang duduk disebelah kanan saya angkat bicara.
”Hpnya tipe berapa pak?”tanya bapak pembawa burung
”Samsung SGH X-700” jawab penumpang disebelah kanan saya
”Tambah uang 2,5 juta ya?” kata pembawa burung tadi.
”Ya...., saya hanya bawa uang 300 ribu pak!” jawab bapak disebelah kanan saya
”Gimana?” bapak yang duduk disebelah kanan saya meminta kepastiannya.
”Ya, sudahlah daripada burung ini mati” jawab bapak pembawa burung
Akhirnya, terjadillah transaksi jual-beli. Tak lama, bapak pembawa burung bersama beberapa orang turun.
”Dik, tadi burungnya bisa apa saja?” bapak tersebut bertanya kepadaku
”Pancasila....” bapak tersebut penasaran dan menguji burung tersebut
Tetapi, burung tersebut hanya diam saja.
Hey...., kenapa kau? dengan logat bataknya bapak pembeli burung bertanya kepada burung yang baru saja ia beli
”Pak, coba lihat burung apa?” pinta penumpang duduk tepat didepanku
Bapak pembeli burung tersebut memberikan bungkusan itu ke penumpang di depanku.
”Wah, pak ini mah burung pipit” kata penumpang tersebut
”Burung pipit?” kata bapak itu dengan logat bataknya
”Iya....” jawabnya
”Terus suara burung tadi dari mana?” tanya bapak pembeli burung dengan nada penasaran
”Kayaknya itu suara perut deh pak...! jawab penumpang yang duduk di belakangku
Tiba-tiba ku teringat cerita ibu dan guruku beberapa tahun lalu bercerita mengenai kejadian yang sama tentang kasus penipuan.Ya Allah, semoga ini terakhir kalinya ku berjumpa dengan penjual burung pipit seharga tiga juta itu.
0 komentar:
Posting Komentar